Spekulasi tentang adanya kehidupan di Mars terus bertahan sejak Giovanni Schiaparelli dan Percivel Lowell menduga adanya saluran-saluran silang-menyilang yang terdapat di Mars. Ekspedisi pendaratan pesawat angkasa ke planet ini, terutama pesawat Viking, juga masih berkisar di sekitar masalah ini. Pesawat Viking 1 yang mendarat di permukaan Mars pada tanggal 20 Juli 1976 membawa peralatan yang khusus digunakan untuk melakukan eksperimen pencarian kehidupan di Mars. Di situ, Viking menjadi laboratorium mini untuk melakukan eksperimen pada contoh tanah dan bebatuan Mars yang diambil dari permukaannya.
Eksperimen ini dilakukan khusus untuk mendeteksi ada tidaknya mikroorganisme. Eksperimen yang dilakukan Viking memberikan hasil yang mengejutkan para peneliti. Mereka mendapatkan bahwa tanah Mars yang diduga mengandung mikroorganisme bereaksi kuat sekali dengan zat-zat reaktif yang dibawa dari Bumi. Tetapi, reaksi ini hanya berjalan sebentar saja, dan segera berhenti. Para ahli lalu berpikir apakah mikroorganisme yang ada di Mars segera mati setelah mereka bereaksi dengan zat-zat yang dibawa dari Bumi. Untunglah Viking membawa alat lain yang lebih canggih dan berfungsi melakukan analisis kimiawi pada tanah dan atmosfer Mars.
Hasil yang diperoleh alat ini menunjukkan tidak adanya zat-zat organik yang terdapat, baik dalam tanah maupun atmosfer Mars. Berdasarkan data dan analisis di atas, para ahli berkesimpulan bahwa di Mars tidak terdapat kehidupan dan tanah Mars jauh lebih reaktif dari pada tanah Bumi. Lebih jauh lagi, mereka berpendapat bahwa kedua hal ini disebabkan oleh pancaran sinar ultraviolet matahari yang jatuh ke permukaannya. Sinar inilah yang menguraikan molekul-molekul organik dalam tanah Mars (kalau pernah ada) dan merangsang pembentukan senyawa-senyawa yang disebut superoksida yang sangat raktif sebagaimana tampak sewaktu direaksikan dengan zat-zat yang dibawa Viking.
Dari sini, para ahli menyimpulkan bahwa di Mars tidak terdapat kehidupan karena tidak terdapat syarat-syarat yang mendukung agar kehidupan bisa berlangsung.
Eksperimen ini dilakukan khusus untuk mendeteksi ada tidaknya mikroorganisme. Eksperimen yang dilakukan Viking memberikan hasil yang mengejutkan para peneliti. Mereka mendapatkan bahwa tanah Mars yang diduga mengandung mikroorganisme bereaksi kuat sekali dengan zat-zat reaktif yang dibawa dari Bumi. Tetapi, reaksi ini hanya berjalan sebentar saja, dan segera berhenti. Para ahli lalu berpikir apakah mikroorganisme yang ada di Mars segera mati setelah mereka bereaksi dengan zat-zat yang dibawa dari Bumi. Untunglah Viking membawa alat lain yang lebih canggih dan berfungsi melakukan analisis kimiawi pada tanah dan atmosfer Mars.
Hasil yang diperoleh alat ini menunjukkan tidak adanya zat-zat organik yang terdapat, baik dalam tanah maupun atmosfer Mars. Berdasarkan data dan analisis di atas, para ahli berkesimpulan bahwa di Mars tidak terdapat kehidupan dan tanah Mars jauh lebih reaktif dari pada tanah Bumi. Lebih jauh lagi, mereka berpendapat bahwa kedua hal ini disebabkan oleh pancaran sinar ultraviolet matahari yang jatuh ke permukaannya. Sinar inilah yang menguraikan molekul-molekul organik dalam tanah Mars (kalau pernah ada) dan merangsang pembentukan senyawa-senyawa yang disebut superoksida yang sangat raktif sebagaimana tampak sewaktu direaksikan dengan zat-zat yang dibawa Viking.
Dari sini, para ahli menyimpulkan bahwa di Mars tidak terdapat kehidupan karena tidak terdapat syarat-syarat yang mendukung agar kehidupan bisa berlangsung.